Buku dibawah Bendera Revolusi berisi pemikiran dan pidato sang proklamator, Presiden Pertama kita yaitu bapak, Ir. Soekarno, buku yang merupakan edisi pertama cetakan tahun 1964 ini, menghimpun tulisan-tulisan Bung Karno dalam masa Revolusi menuju Indonesia Merdeka !!
Buku ini sangat langka dan harganya cukup mahal di pasaran, selain karena peminatnya waktu itu sangat banyak, dan karena ketebalan buku ini juga, mungkin penyebab harga mahal dan menjadi fenomenal pada jaman nya,
dan karena saya memiliki buku ini ( dibawah bendera revolusi DJILID PERTAMA TJETAKAN KETIGA dan buku ini hampir usang, jadi saya abadikan di blog saya ini, ngebookmuslimah
Semoga bermanfaat buat kalian yang ingin mengetahui pemikiran-pemikiran Soekarno muda sang proklamator, di dalam buku ini berisi 61 Judul, yaitu :
1.Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme...
2. Dimanakah Tindjumu?
3. Naar het bruine front!
4. Sampai Ketemu lagi!
5. Dubbele les?
6. Djerit-kegemparan
7. Berhubung dengan tulisannja Ir.A.Baars
8. Pemandangan dan pengadjaran
9. Indonesianisme dan Pan-Asiatisme
10. Melihat - kemuka!
11. Menjambut Kongres P.P.P.K.I
12. Mohammad Hatta-Stokvis
13. Kongres kaum ibu
14. Kearah Persatuan!
15. Keadaan dipendjara Sukamiskin, Bandung
16. Surat saudara Ir. Sukarno dari Sukamiskin kepada saudara Mr. Sartono
17. Swadeshi dan masa-aksi di Indonesia
18. Tjatatan atas pergerakan " lijdelijk verzet"
19. Maklumat dari Bung Karno kepada kaum Marhaen Indonesia
20. Demokrasi - politik dan demokrasi - ekonomi
21. Orang Indonesia tjukup nafkahnja sebenggol sehari?
22. Kapitalisme bangsa sendiri?
23. Sekali lagi tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi
24. Non-cooperation tidak bisa mendatangkan masa-aksi dan machtsvorming?
25. Boleh ber-wanhoopstheorie atau tidak boleh ber-wanhoopstheorie?
26. Djawab saja pada saudara Mohammad Hatta
27. Sekali lagi : Bukan "djangan banjak bitjara, bekerdjalah!", tetapi "banjak bitjara, banjak bekerdja!"
28. Memperingati 50 tahun wafatnja Karl Marx
29. Reform-actie dan doels-actie
30. Bolehkah sarekat sekedja berpolitik?
31. Impor dari Japan, suatu rachmat bagi Marhaen?
32. Marhaen dan Marhaeni
33. Azas; azas-perdjoangan;taktik
34. Marhaen dan proletar
35. Mentjapai Indonesia Merdeka
36. Surat-surat Islam dari Endeh
37. Tidak pertjaja bahwa Mirza Gulam Ahmad adalah Nabi
38. Tabir adalah lambang perbudakan
39. Minta hukum jang pasti dalam soal "tabir"
40. Kuasanja kerongkongan
41. Bukan perang ideologi
42. Me-"muda"-kan pengertian Islam
43. Apa sebab Turki memisahkan agama dari negara?
44. Saja kurang dinamis
45. Indonesia versus fasisme
46. Der untergang des Abendlandes
47. Masyarakat onta dan masjarakat kapal-udara
48. Islam sontolojo
49. Bloedtransfusie dan sebagian kaum Ulama
50. Mendjadi pembantu "Pemandangan"
51. Djerman versus Rusia, Rusia versus Djerman!
52. Batu udjian sedjarah
53. Sekali lagi : Bloedtransfusie
54. 1.000.000.000 ekstra!
55. Beratnja perdjoangan melawan fasisme
56. Inggeris akan memerdekakan India?
57. India-Merdeka, dapatkah ia menangkis serangan?
58. Demokrasi politik dengan demokrasi ekonomi =demokrasi sosial
59. Fasisme adalah politiknja dan sepak terdjangnja kapitalisme jang menurun
60. Djingis Khan, maha imperialis Asia,
61. Mendjadi guru dimasa kebangunan.
Berikut dibawah ini, halaman 8 pada buku dibawah bendera revolusi
ISLAMISME, KE- ISLAM-AN !
Sebagai Fadjar sehabis malam yang gelap gulita, sebagai penutup abad-abad kegelapan, maka di abad ke sembilan belas berkilau-kilaulah di dalam dunia ke-islam-an, sinarnya dua pendekar, yang nama nya tak akan hilang tertulis dalam buku riwayat muslim Sheikh Mohammad Abdouh, rektor sekolah tinggi Azhar, seyid Djamaluddin El Afghani dua panglima Pan-Islamisme yang telah membangunkan dan menjunjung rakyat-rakyat Islam di seluruh benua Asia dari pada kegelapan dan kemunduran, walaupun dalam sikapnya dua pahlawan ini ada perbedaan sedikit satu sama lain, seyid Djamaluddin El Afghani lebih radikal dari Sheikh Mohammad Abdouh, maka merekalah yang membangunkan lagi kejahatan-kejahatan Islam tentang politik, terutama Seyid Djamaluddin, yang pertama-tama membangunkan rasa perlawanan di hati sanubari rakyat-rakyat muslim terhadap pada bahaya imperialisme Barat, merekalah terutama Seyid Djamaluddin pula, yang mula-mula mengkhotbahkan suatu barisan rakyat Islam yang kokoh, guna melawan bahaya imperialisme Barat itu.
Sampai pada wafatnya dalam tahun 1896, Seyid Djamaluddin El Afghani, harimau Pan-Islamisme yang gagah berani itu, bekerja dengan tiada berhentinya, menanam benih ke islam-an di mana-mana, menanam rasa perlawanan terhadap pada ketamakan barat, menanam keyakinan bahwa untuk perlawanan itu kaum Islam harus "mengambil tekniknya kemajuan barat, dan mempelajari rahasia-rahasianya kekuasaan Barat"
Berikut dibawah ini, halaman 9 pada buku di bawah bendera revolusi
Benih-benih itu tertanam! Sebagai ombak makin lama makin hebat, sebagai gelombang yang makin lama makin tinggi dan besar, maka di seluruh dunia Muslim tentara-tentara Pan-Islamisme sama bangun dan bergerak dari Turki dan Mesir, sampai ke marocco dan Kongo, ke Persia, Afghanistan...membanjir ke India,.terus ke Indonesia... gelombang Pan-Islamisme melimpah kemana-mana !
Begitulah rakyat Indonesia kita ini, insyaf akan tragis nasibnya, sebagian sama bernaung dibawah bendera hijau, dengan muka kearah Qiblat, mulut mengaji la Haula wala kuata Illa Billah dan billahi fisabilillahi !
Mula-mula masih perlahan-lahan, dan belum begitu terang benderanglah jalan yang harus di injaknya, maka makin lama makin nyata dan tentulah arah-arah yang di ambilnya, makin lama makin banyaklah hubungan nya dengan pergerakan-pergerakan Islam di negeri-negeri lain, makin terang lah ia menunjukkan perangainya yang internasional, makin mendalam lah pula pendiriannya atas hukum-hukum agama, karena tak heranlah kita, kalau seorang profesor Amerika, Ralston Hayden menulis, bahwa pergerakan sarekat Islam ini "akan berpengaruh besar atas kejadiannya politik di kelak kemudian hari, bukan saja di Indonesia, tetapi di seluruh dunia timur jua adanya" ! Ralston Hayden dengan ini menunjukkan keyakinan nya, akan perangai internasional dari pergerakan sarekat Islam itu, ia menunjukkan pula suatu penglihatan yang jernih di dalam kejadian-kejadian yang belum terjadi pada saat ia menulis itu, bukankah tujuannya telah terjadi? Pergerakan Islam di Indonesia telah ikut menjadi cabangnya mu'tamar-ul Alamil Islami di Mekkah , pergerakan Islam Indonesia telah menceburkan diri dalam laut perjuangan Islam Asia !
Makin mendalam nya pendirian atas keagamaan pergerakan Islam inilah yang menyebabkan keseganan kaum Marxis untuk merapatkan diri dengan pergerakan Islam itu dan makin kemuka nya sifat internasional itulah oleh kaum nasionalis "kolot" maupun "muda", baik evolusioner maupun revolusioner, sama berkeyakinan bahwa agama itu tidak boleh di bawa-bawa ke dalam politik adanya. Sebaliknya, kaum Islam yang "fanatik " sama menghina politik kebangsaan dari kaum Nasionalis, menghina politik kerezekian dari kaum Marxis, mereka memandang politik kebangsaan itu sebagai sempit, dan mengatakan politik kerezekian itu sebagai kasar. Pendek kata, sudah "sempurna"lah adanya perselisihan faham!
Nasional-nasional dan Marxis-marxis tadi sama menuduh pada agama Islam, yang negeri-negeri Islam itu kini begitu rusak keadaannya, begitu rendah derajatnya, hampir semuanya dibawah pemerintahan negeri-negeri Barat.
Berikut dibawah ini, halaman 10 pada buku dibawah bendera revolusi
Mereka kusut paham! Bukan Islam, melainkan yang memeluknyalah yang salah ! Sebab di pandang dari pendirian nasional dan pendirian sosialistis, maka tinggi derajat dunia Islam pada mula nya sukarlah dicari bandingannya, rusaknya kebesaran-nasional, rusaknya sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam sendiri, rusaknya Islam itu ialah oleh karena rusaknya budi-pekerti orang-orang yang menjalankannya. sesudah Amir Muawiah mengutamakan azas dinastis-keduniawian untuk aturan Chalifah, sesudahnya "Chalifah-Chalifah itu menjadi Radja " maka padamlah tabiat Islam yang sebenarnya. "Amir Muawih-lah yang harus memikul pertanggungan jawab atas rusaknya tabiat Islam yang nyata bersifat sosialistis dengan sebenar-benarnya", begitulah Oemar Said Tjokroaminoto berkata, dan dipandang dari pendirian nasional tidakkah Islam telah menunjukkan contoh-contoh kebesaran yang mencengangkan bagi siapa yang mempelajari riwayat-dunia, mencengangkan bagi siapa yang mempelajari riwayat-kultur?
Islam telah rusak, oleh karena yang menjalankannya rusak Budi-pekertinya, Negeri-negeri Barat telah merampas negeri-negeri Islam oleh karena pada saat perampasan itu kaum Islam kurang tebal tauhidnya dan oleh karena menurut wet evolusi dan susuanan pergaulan -hidup bersama, sudah satu "historische Notwendigkeit", satu keharusan-riwayat, yang negeri-negeri Barat itu menjalankan perampasan tadi, tebalnya tauhid itulah yang memberi keteguhan pada bangsa Riff menentang imperialisme Spanyol dan Perancis yang bermeriam dan lengkap bersenjata !
Islam yang sejati tidaklah mengandung azas anti-nasionalis ; Islam yang sejati tidaklah bertabiat anti-sosialistis.
Selama kaum Islamis memusuhi faham-faham Nasionalisme yang luas-budi dan Marxisme yang benar, selama itu kaum Islamis tidak berdiri diatas Sirothol Mustaqim, selama itu tidaklah ia bisa mengangkat Islam dari kenistaan dan kerusakan tadi ! Kita sama sekali tidak menyatakan yang Islam itu setuju pada materialisme atau perbendaan; sama sekali tidak melupakan yang Islam itu melebih bangsa, super-nasional, kita hanya mengatakan, bahwa Islam yang sejati itu mengandung tabiat-tabiat yang sosialistis dan menetapkan kewajiban-kewajibannya yang menjadi kewajiban-kewajibannya nasionalis pula !
Bukankah, sebagai yang sudah kita terangkan, Islam yang sejati mewajibkan pada pemeluknya mencintai dan bekerja untuk negeri yang ia diami, mencintai dan bekerja untuk rakyat diantara mana ia hidup, selama negeri dan rakyat itu masuk Darul-Islam ? Seyid Djamaluddin El Afghani dimana-mana telah mengkhotbahkan Nasionalisme dan patriotisme, yang oleh musuhnya lantas saja disebutkan"fanatisme", dimana-mana pendekar Pan-Islamisme ini mengkhotbahkan hormat diri sendiri,
Berikut di bawah ini, halaman 11 pada buku dibawah bendera revolusi
Mengkhotbahkan rasa luhur diri, mengkhotbahkan rasa hormat bangsa, yang oleh musuhnya lantas saja dinamakan "chauvinisme" adanya, dimana-mana, terutama di Mesir, maka Seyid Djamaluddin menanam benih nasionalisme itu, Seyid Djamaluddin lah yang menjadi "bapak Nasionalisme Mesir di dalam segenap bagian-bagiannya",
Dan bukan Seyid Djamaluddin sajalah yang menjadi penanam benih nasionalisme dan cinta bangsa. Arabi Pasha, Mustafa Kamil Mohammad Farid Bey, Ali Pasha, Ahmed Bey Agayeff, Mohammad Ali dan Shaukat Ali.... semuanya adalah panglimanya Islam yang mengajarkan Cinta Bangsa, semua nya adalah propaganda nasionalisme di masing-masing negerinya ! Hendaklah pemimpin-pemimpin ini menjadi teladan bagi islamis-islamis kita yang "fanatik" dan sempit Budi dan yang tidak suka mengetahui akan wajibnya merapatkan diri dengan gerakan bangsanya yang nasionalistis. Hendaklah Islam-islam yang demikian itu ingat, bahwa pergerakan nya yang anti kafir itu, pastilah menimbulkan rasa nasionalisme, oleh karena golongan-golongan yang disebutkan kafir itu adalah kebanyakan dari lain bangsa, bukan bangsa Indonesia! Islamisme yang memusuhi pergerakan nasional yang layak bukanlah Islamisme yang sejati, islamisme yang demikian itu adalah Islamisme yang "kolot", Islamisme yang tak mengerti aliran zaman !
Demikian pula kita yakin, bahwa kaum Islamis itu bisalah kita rapatkan dengan kaum Marxis , walaupun pada hakekatnya dua pihak ini berbeda azas yang lebar sekali, pedihlah hati kita, ingat akan gelap gelitanya udara Indonesia, tatkala beberapa tahun yang lalu kita menjadi saksi atas suatu perkelahian saudara, menjadi saksi pecahnya permusuhan antara kaum Marxis dan Islamis, menjadi saksi bagaimana tentara pergerakan kita telah terbelah jadi dua bahagian yang memerangi satu sama lainnya. Pertarungan inilah isinya halaman-halaman yang paling suram dari buku riwayat kita!
Pertarungan saudara inilah yang membuang sia-sia segala kekuatan pergerakan kita, yang mestinya makin lama makin kuat itu, pertarungan inilah yang mengundurkan pergerakan kita dengan puluhan tahun adanya!
Aduhai! Alangkah kuatnya pergerakan kita sekarang umpama pertarungan saudara itu tidak terjadi, niscaya kita tidak rusak, susunan sebagai sekarang ini, niscaya pergerakan kita maju, walaupun rintangan yang bagaimana juga!
Kita yakin bahwa tiadalah halangan yang penting bagi persahabatan Muslim-Marxis itu. Diatas sudah kita terangkan bahwa Islamisme yang sejati itu ada mengandung tabiat-tabiat yang sosialistis, walaupun sosialistis itu masih belum tentu bermakna marxistis, walaupun kita mengetahui bahwa sosialisme Islam itu tidak bersamaan dengan azas Marxisme,
Berikut di bawah ini, halaman 12 pada buku dibawah bendera revolusi
Comments