Banjak orang didalam pergerakan Indonesia jang belum mengerti tiga perkataan jang tertulis diatas ini. Azas ditjampurkan dengan azas - perdjoangan, azas - perdjoangan diselipkan kepada taktik. Azas - perdjoangan dikiranja azas, azas dikiranja azas-perdjoangan. Misalnya : non-cooperation, sebagai dulu pernah saja uraikan.
Apakah Azas? Apakah azas-perdjoangan? Apakah taktik?
Azas adalah dasar atau "pegangan" kita, jang, "walau sampai lebur kiamat", terus menentukan "sikap" kita, terus menentukan "duduknja njawa kita". Azas tidak boleh kita lepaskan, tidak boleh kita buang, walaupun kita sudah mentjapai Indonesia - Merdeka, bahkan malahan sesudah tertjapainja Indonesia - Merdeka itu harus jadi dasar tjaranja kita menjusun kita punja masjarakat. Sebab djustru sesudah Indonesia - Merdeka itu timbullah pertanjaan: bagaimanakah kita menjusun kita punja pergaulan - hidup? Dengan Azas atau tjara bagaimanakah kita menjusun kita punya pergaulan - hidup? Tjara monarchie? Tjara Republik? Tjara kapitalistis? Tjara sama-rasa-sama-rata? Semua pertanjaan - pertanjaan ini, dari sekarang sudahlah harus terdjawab oleh Azas kita, dari sekarang sudahlah harus terdjawab didalam Azas kita. Dan bagi kita Marhaen Indonesia, Azas kita ialah kebangsaan dan ke-Marhaen-an, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Bukan sekarang sahadja Kita " memegang" kepada sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi itu, tetapi sampai sesudah merdeka, sampai sesudah imperialisme-kapitalisme hilang, jg " sampai lebur-kiamat" kita tetap berazas sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Masjarakat jang nanti kita dirikan, haruslah masjarakat sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, tjara - pemerintahan jang nanti kita djalankan adalah tjara - pemerintahan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, Republik jang nanti kita dirikan adalah Republik sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, suatu Republik politik - sosial jang tiada kapitalisme dan tiada imperialisme.
Begitulah Azas kita. Tetapi kini timbullah pertanjaan : bagaimanakah kita bisa mentjapai Indonesia - Merdeka, dan kemudian bisa melaksanakan Azas kita itu? Djawab hanjalah satu: kita harus mendjalankan perdjoangan. Zonder perdjoangan, Zonder bergerak habis-habisan, kita tak akan mentjapai Indonesia - Merdeka itu. Zonder perdjoangan kita akan tetap didalam keadaan jang sekarang. Karena itu, perdjoangan satu-satunja djalan untuk mentjapai Indonesia - Merdeka.
Ja,.... Tetapi perdjoangan jang bagaimana? Perdjoangan dengan tjara minta - minta? Dengan tjara dewan-dewanan? Dengan tjara ketjil-ketjilan, tjara salon-salonan, tjara warung warungan? Pertanjaan ini adalah didjawab oleh azas-perdjoangan, atau dengan bahasa Belanda :strijdbeginsel. Azas-perdjoangan adalah menentukan hukum - hukum dari para perdjoangan menentukan karakternja perdjoangan itu, sifat - wataknja perdjoangan itu, garis-garis besar daripada perdjoangan itu, - bagaimana-nja perdjoangan itu.
Indonesia - Merdeka hanja tertjapai dengan perdjoangan, tetapi Zonder azas-perdjoangan kita tak mengetahui bagaimana harusnja perdjoangan itu. Oleh karena itu, maka azas-perdjoangan adalah sama perlunja bagi Marhaen dengan Azas. Zonder Azas kita tak mengetahui betapa nanti kita harus menjusun masjarakat kita, ja, kita tak mengetahui betapa"sikapnja" njawa kita baik sekarang maupun kelak, Zonder Azas perdjoangan, kita tak mengetahui betapa rupanja jang perlu untuk melaksanakan Azas itu.
Kini apakah azas-perdjoangan Marhaen? Azas-perdjoangan adalah misalnja: non-koperasi, machtsvorming, massa-aksi, dan lain-lain. Non koperasi karena Indonesia - Merdeka tak akan tertjapai dengan pekerdjaan bersama dengan kaum sana, machtsvorming karena kaum sana tak akan memberikan ini dan itu kepada kita kalau tidak terpaksa oleh macht kita, massa-aksi oleh karena machtsvorming itu hanja bila kita kerdjakan dengan massa-aksi. Azas-perdjoangan ini hanjalah perlu selama kita berdjoang, selama perdjoangan masih berdjalan. Kalau perdjoangan sudah berhasil, kalau Indonesia - Merdeka sudah tertjapai, kalau Republik - politik - sosial sudah berdiri, maka Azas - perdjoangan itu lantas tiada guna lagi adanja. Kalau Indonesia - Mereka dan lain sebagainja sudah tertjapai, maka tiada musuh lagi jang harus kita"non-i", tiada musuh lagi jang harus kita"machtsvormingi ", tiada musuh lagi jang harus kita" massa-aksi".
All right. Tetapi bagaimanakah kita harus memelihara perdjoangan kita jang sudah kita beri Azas-perdjoangan itu? Bagaimanakah kita harus mendjaga, menjusun, menghidup-hidupkan dan menghaibat - haibatkan perdjoangan kita, jang sudah kita tetapkan hukum-hukum-besarnja itu? Dengan taktik! Taktik adalah segala perbuatan apa sahadja jang perlu untuk memelihara perdjoangan itu. Taktik kita dijalankan, kita rubah, kita belokkan, kita putarkan, kita tjandrakan menurut keperluan sehari - hari. Taktik adalah bukan hukum - hukum jang tetap sebagai Azas perdjoangan, taktik boleh kita robah saban waktu dan saban perlu, saban hari dan saban diam. Marx pernah berkata, bahwa kalau perlu, kita boleh merobah taktik 24 kali didalam 24 djam. Dan Liebknecht pernah mengatakan, bahwa berobahnja taktik adalah seperti berobahnja buah-buah tjatur diatas papan-tjatur: tiap-tiap matjam sikapnja musuh, tiap-tiap keadaan, harus kita djawab dengan taktik jang setjotjoknja. Ini hari kita mendjalankan aksi-garam, besok pagi kita djalankan aksi-buruh, besok lusa kita djalankan aksi-padjak; ini hari kita mementingkan kursus, besok pagi kita mementingkan rapat-umum, besok lusa kita bikin pers-kampanje, besok lusa lagi kita"diam didalam tudjuh bahasa"; ini hari kita menjerang, besok pagi kita mengatur susunan, besok lusa kita berdemonstrasi, besok lusa lagi kita menggugah kaum perempuan. Begitulah ganti-gantinja taktik, begitulah naik-turunnja dan madju-mundurnja ombak-ombak-taktik didalam lautan perdjoangan. Azas tetap-terus "sampai lebur-kiamat", Azas-perdjoangan tetap sampai Indonesia Merdeka, taktik berobah tiap-tiap waktu. Azas seakan-akan abadi, tetapi taktik tak tentu umur.
Satu matjam taktik bisa djadi perlu didjalankan sepuluh tahun, tapi bisa djuga sudah perlu dibuang lagi didalam sepuluh Menit!
Nah, demikianlah tingkatkan perdjoangan kita. Marhaen dan Marhaeni Indonesia harus ingat betul-betul akan tingkatan ini. Sebab hanja djikalau pergerakan kita terang-benderang didalam tingkatan itu, ia bisa logis dan mendjadi kuat. Pergerakan jang katjau-balau didalam bathinnja, akan segera mendjungkel karena terserimpet kekatjau - balauan sendiri.
Azas sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, kebangsaan dan keMahaerna-an.
Azas-perdjoangan non koperasi, machtsvorming, massa - aksi dan lain-lain.
Taktik menurut perlu!
"fikiran Ra'jat", 1933
Sumber: buku "dibawah bendera revolusi" tjetakan ketiga.
Hal: 249-251
daftar isi buku no. 33
Comments